Esensi Keuangan Holistik:Menyelaraskan Spiritualitas dan Kemakmuran

Esensi Keuangan Holistik: Menyelaraskan Spiritualitas dan Kemakmuran

Sebuah Pengembangan Komprehensif Berdasarkan Visi Widi Prihartanadi

Pendahuluan: Paradigma Baru Keuangan

Di tengah dinamika dunia modern yang serba cepat, manusia seringkali terjebak dalam dikotomi antara pencapaian material dan pemenuhan spiritual. Keuangan, sebagai salah satu aspek paling fundamental dalam kehidupan, seringkali dipandang sebagai domain yang terpisah dari nilai-nilai spiritualitas. Namun, sebuah paradigma baru yang revolusioner kini hadir, menawarkan sebuah jembatan antara dua dunia yang tampaknya terpisah ini. Paradigma ini, yang diusung dengan visi mendalam oleh Widi Prihartanadi, memandang keuangan bukan sekadar angka dan transaksi, melainkan sebagai cerminan dari kesadaran, energi, dan nilai-nilai universal yang menggerakkan kehidupan itu sendiri.

Dokumen ini bertujuan untuk mengembangkan visi tersebut secara komprehensif, menguraikan sebuah kerangka kerja keuangan holistik yang menyelaraskan antara kemakmuran material dan kekayaan spiritual. Dengan merujuk pada kearifan universal yang terkandung dalam berbagai tradisi agama dan spiritualitas, serta divalidasi oleh riset-riset terkini dalam bidang conscious capitalism, mindful finance, dan manajemen holistik, kami akan menjelajahi bagaimana prinsip-prinsip kesadaran, keadilan, dan keberkahan dapat diintegrasikan ke dalam praktik manajemen keuangan sehari-hari. Dari konsep “Esensi Kebenaran dan Kehidupan” hingga aplikasi praktis dalam investasi dan perencanaan keuangan, dokumen ini akan menjadi panduan lengkap bagi individu maupun korporasi yang ingin menapaki jalan baru menuju keseimbangan finansial dan spiritual yang sejati.

Bab 1: Fondasi Filosofis – Kesadaran sebagai Akar Kemakmuran

  • Melampaui Materi: Keuangan sebagai Energi Kesadaran

Konsep fundamental yang diajukan oleh Widi Prihartanadi adalah bahwa “awal mula keberadaan bukanlah materi, melainkan kesadaran murni.” Pernyataan ini menjadi titik tolak untuk merevolusi cara kita memandang keuangan. Dalam paradigma konvensional, uang dan aset seringkali dianggap sebagai entitas eksternal yang terpisah dari diri kita. Kita mengejarnya, mengumpulkannya, dan mengelolanya seolah-olah ia adalah objek mati. Namun, visi ini mengajak kita untuk melihat lebih dalam: setiap angka dalam laporan keuangan, setiap transaksi, setiap arus kas adalah manifestasi dari energi kesadaran yang menggerakkannya.

Uang, dalam esensinya, adalah energi netral. Ia tidak baik atau buruk. Sifatnya ditentukan oleh kesadaran yang melingkupinya. Ketika kesadaran kita jernih, dipenuhi dengan niat baik, rasa syukur, dan integritas, maka energi uang yang kita kelola akan mengalir secara harmonis, menciptakan keberkahan dan pertumbuhan. Sebaliknya, jika kesadaran kita keruh, dipenuhi ketakutan, keserakahan, atau ketidakjujuran, maka energi uang akan menjadi sumber kekacauan, stres, dan ketidakseimbangan. Sebagaimana dinyatakan dalam The 12 Universal and Spiritual Laws of Financial Prosperity, “uang adalah energi, dan untuk menciptakan kekayaan, kita harus membiarkannya bersirkulasi.” [1] Sirkulasi ini bukan hanya tentang perputaran uang secara fisik, tetapi juga tentang aliran energi positif yang menyertainya.

Penelitian dalam bidang conscious capitalism mendukung gagasan ini. Perusahaan yang beroperasi dengan “tujuan yang lebih tinggi” (higher purpose) dan “budaya yang sadar” (conscious culture) terbukti tidak hanya lebih menguntungkan secara finansial dalam jangka panjang, tetapi juga menciptakan nilai yang lebih besar bagi seluruh pemangku kepentingan, termasuk karyawan, pelanggan, pemasok, dan masyarakat luas. [2] Ini menunjukkan bahwa kesadaran kolektif sebuah organisasi secara langsung memengaruhi kinerja finansialnya.

  • Harmoni Universal: Perspektif Lintas Agama tentang Keuangan

Visi keuangan berbasis kesadaran ini bukanlah konsep yang sepenuhnya baru. Ia berakar pada kearifan kuno yang ditemukan dalam berbagai tradisi spiritual dan

agama di seluruh dunia. Meskipun terminologi dan ritualnya berbeda, esensi pesannya tetap sama: pengelolaan harta benda harus selaras dengan prinsip-prinsip moral dan spiritual.

Dalam Islam, konsep Khalifah menempatkan manusia sebagai pengelola atau “steward” di muka bumi. Harta yang dimiliki bukanlah milik absolut, melainkan amanah dari Allah yang harus dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah.

Larangan riba (bunga), gharar (ketidakpastian), dan maysir (spekulasi) bertujuan untuk menciptakan sistem keuangan yang adil, transparan, dan bebas dari eksploitasi. [3] Prinsip berbagi keuntungan dan kerugian (profit and loss sharing) mendorong kemitraan yang setara dan produktif, bukan hubungan predator antara peminjam dan pemberi pinjaman.

Dalam Kekristenan, ajaran tentang stewardship (penatalayanan) juga sangat ditekankan. Alkitab mengajarkan bahwa “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya” (Mazmur 24:1). Manusia dipercaya untuk mengelola sumber daya

Tuhan dengan bijaksana. Prinsip-prinsip seperti memberi persepuluhan, menghindari cinta akan uang, dan menggunakan kekayaan untuk melayani sesama adalah inti dari etika keuangan Kristen. [4] Tujuannya adalah untuk mencapai kebebasan finansial bukan untuk kemewahan pribadi, melainkan agar dapat lebih leluasa dalam melayani Tuhan dan sesama.

Dalam tradisi Timur seperti Taoisme, konsep Wu Wei (bertindak tanpa usaha berlebihan) dapat diterapkan dalam keuangan. Ini bukan berarti pasif, tetapi bertindak selaras dengan aliran alam semesta (Tao). Dalam konteks keuangan, ini berarti membuat keputusan yang tidak didasarkan pada kepanikan atau keserakahan, melainkan pada pemahaman yang tenang dan intuitif tentang

dinamika pasar dan tujuan hidup. Konsep “kosong” dalam Taoisme, yang disebut dalam dokumen Widi Prihartanadi, merujuk pada potensi murni sebelum manifestasi, mirip dengan konsep kesadaran murni sebagai sumber segala sesuatu.

Dengan menyatukan benang merah dari berbagai tradisi ini, kita dapat melihat sebuah kebenaran universal: keuangan yang tercerahkan adalah keuangan yang berpusat pada Tuhan (apa pun nama yang kita berikan pada-Nya), berorientasi pada pelayanan, dan dijalankan dengan integritas dan kesadaran penuh.

  • Dari Karma menjadi Modal: Transformasi Kesalahan Finansial

Salah satu aspek paling membebaskan dari paradigma ini adalah cara pandangnya terhadap kesalahan masa lalu. Dokumen Widi Prihartanadi menyatakan, “Apa yang disebut kesalahan, dosa, atau karma tidak lain adalah gema dari pilihan-pilihan lampau. Ia bukan beban abadi, tetapi potensi yang bisa diolah menjadi sumber kekuatan.” Ini adalah sebuah pesan harapan yang kuat bagi siapa saja yang pernah mengalami kegagalan finansial.

Dalam pandangan konvensional, utang macet, investasi yang gagal, atau kebangkrutan seringkali dilihat sebagai noda permanen yang memalukan. Namun, dalam perspektif kesadaran, semua itu adalah pelajaran berharga. Setiap “kesalahan” adalah kesempatan untuk menumbuhkan kesadaran. Krisis finansial dapat menjadi katalisator untuk introspeksi mendalam, memaksa kita untuk memeriksa kembali nilai-nilai, prioritas, dan pola perilaku kita.

Proses transformasi ini melibatkan beberapa langkah kunci:

  1. Penerimaan Penuh (Radical Acceptance): Mengakui kesalahan tanpa menghakimi diri sendiri. Ini adalah langkah pertama untuk melepaskan energi negatif yang terperangkap dalam penyesalan dan rasa bersalah.
  2. Ekstraksi Kebijaksanaan (Wisdom Extraction): Menganalisis kegagalan secara Apa asumsi yang salah? Di mana letak kurangnya kehati-hatian? Pelajaran apa yang bisa dipetik dari pengalaman ini?
  3. Transformasi Energi (Energy Transformation): Mengubah energi penyesalan menjadi energi Rasa sakit dari kerugian dapat menjadi bahan bakar yang kuat untuk membangun disiplin, kehati-hatian, dan ketahanan yang lebih besar di masa depan.

Dengan demikian, “luka berubah menjadi pengetahuan, keterpurukan menjadi modal, dan krisis menjadi momentum penciptaan baru.” Sejarah penuh dengan kisah pengusaha sukses yang bangkit dari kebangkrutan. Mereka tidak melihat kegagalan sebagai akhir, tetapi sebagai bagian tak terpisahkan dari perjalanan mereka menuju kesuksesan. Mereka mengubah “karma” finansial mereka menjadi modal kebijaksanaan yang tak ternilai.

Bab 2: Pilar-Pilar Keuangan Berkah – Kerangka Kerja Praktis

Setelah memahami fondasi filosofis, langkah selanjutnya adalah menerjemahkannya ke dalam kerangka kerja yang praktis dan dapat diimplementasikan. Berdasarkan analisis terhadap materi yang diberikan dan riset yang telah dilakukan, kami merumuskan pilar-pilar utama yang menopang sebuah sistem keuangan yang tidak hanya sehat secara angka, tetapi juga penuh berkah secara spiritual. Pilar-pilar ini disintesis dari infografis PT Jasa Konsultan Keuangan dan prinsip-prinsip universal yang ditemukan dalam berbagai tradisi.

  • Pilar Niat dan Akad: Kejernihan Tujuan dan Transparansi Transaksi

Segala sesuatu berawal dari niat. Dalam konteks keuangan, Niat Benar adalah pilar pertama dan paling fundamental. Sebelum melakukan transaksi, investasi, atau bahkan membuat anggaran, pertanyaan pertama yang harus diajukan adalah: “Apa

niat di balik tindakan ini?” Apakah tujuannya murni untuk kemaslahatan, pertumbuhan yang sehat, dan pemenuhan kebutuhan yang wajar? Ataukah didasari oleh keserakahan, pamer, atau keinginan untuk mengungguli orang lain?

Niat yang benar akan memancarkan energi positif yang menjadi dasar bagi keberkahan. Dalam tradisi Islam, setiap amal perbuatan dinilai berdasarkan niatnya. Niat yang tulus karena Allah akan mendatangkan pahala, bahkan jika hasilnya tidak sesuai harapan. Prinsip ini berlaku universal. Ketika kita menyelaraskan niat finansial kita dengan tujuan hidup yang lebih tinggi (seperti yang diadvokasi oleh conscious capitalism), kita sedang menanam benih untuk hasil yang berkelanjutan.

Niat yang benar harus diikuti oleh Akad Jelas. Akad, atau kontrak, adalah manifestasi fisik dari niat. Kejelasan dalam setiap perjanjian finansial adalah kunci untuk menghindari konflik dan kesalahpahaman di kemudian hari. Ini mencakup:

Transparansi Penuh: Semua syarat, ketentuan, risiko, dan potensi keuntungan harus diungkapkan secara terbuka kepada semua pihak yang terlibat.

Keadilan: Perjanjian tidak boleh berat sebelah atau mengeksploitasi pihak yang lebih lemah.

Dokumentasi yang Rapi: Semua kesepakatan harus didokumentasikan secara tertulis untuk menjadi bukti dan referensi yang sah.

Prinsip akad yang jelas ini sejalan dengan pilar Tata Kelola Rapi yang disebutkan dalam infografis. Pembukuan yang akurat, pelaporan yang jujur, dan administrasi yang teratur bukanlah sekadar kewajiban teknis, melainkan cerminan dari integritas dan niat yang lurus.

  • Pilar Sumber dan Alokasi: Jalan Halal dan Distribusi yang Adil

Dari mana uang berasal dan ke mana uang pergi adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Sumber Halal adalah pilar yang memastikan bahwa energi yang masuk ke dalam sistem keuangan kita adalah energi yang bersih. Ini berarti memperoleh pendapatan dari pekerjaan, bisnis, atau investasi yang sah, etis, dan tidak merugikan pihak lain maupun lingkungan.

Konsep “halal” dalam Islam memberikan kerangka yang sangat jelas, melarang industri seperti alkohol, perjudian, dan pornografi. Namun, prinsip ini dapat diperluas secara universal menjadi “investasi yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan” (Socially and Environmentally Responsible Investing). Semakin banyak investor modern yang menyadari bahwa perusahaan yang merusak lingkungan atau mengeksploitasi tenaga kerja pada akhirnya tidak akan berkelanjutan. Memilih sumber yang halal atau etis bukan hanya tentang kepatuhan spiritual, tetapi juga tentang manajemen risiko jangka panjang.

Setelah memastikan sumbernya bersih, pilar selanjutnya adalah alokasi yang adil dan bijaksana. Ini mencakup beberapa aspek:

Zakat & Berbagi: Ini adalah pilar fundamental dalam banyak agama. Zakat dalam Islam, persepuluhan dalam Kristen, dan dana (kedermawanan) dalam Buddhisme dan Hinduisme, semuanya mengajarkan pentingnya menyisihkan sebagian dari kekayaan untuk mereka yang membutuhkan. Ini bukan sekadar tindakan amal, melainkan sebuah mekanisme untuk membersihkan harta,

menumbuhkan rasa syukur, dan menjaga sirkulasi energi kekayaan dalam masyarakat. Memberi akan membuka pintu untuk menerima lebih banyak lagi.

Investasi Produktif: Kekayaan tidak boleh dibiarkan diam. Ia harus diputar kembali ke dalam ekonomi riil untuk menciptakan nilai tambah, lapangan kerja, dan kemaslahatan umum. Ini adalah antitesis dari penimbunan harta, yang

dikutuk dalam banyak ajaran agama. Investasi produktif adalah cara untuk memastikan bahwa modal finansial terus bekerja untuk kebaikan, bukan hanya untuk akumulasi pribadi.

Menghindari Riba: Larangan riba (bunga) sangat kuat dalam Islam, dan jejaknya juga ditemukan dalam sejarah awal Kekristenan dan Yudaisme. Dari perspektif universal,  riba  dapat  dilihat  sebagai  sistem  yang  menciptakan

ketidakseimbangan, di mana uang menghasilkan uang dari uang tanpa mengambil risiko riil. Sistem ini cenderung mengkonsentrasikan kekayaan pada segelintir orang dan menjerat yang lemah dalam lingkaran utang. Alternatifnya, seperti sistem bagi hasil, mendorong kemitraan yang lebih adil dan partisipasi dalam risiko yang nyata.

  • Pilar Sikap Batin: Iman, Ikhlas, dan Keselamatan

Pilar-pilar eksternal seperti niat, akad, dan sumber harus ditopang oleh fondasi internal yang kokoh, yaitu sikap batin. Tanpa sikap batin yang benar, praktik-praktik terbaik pun bisa menjadi kosong dan tidak bermakna.

Iman kepada Allah (Sumber Tertinggi): Ini adalah keyakinan bahwa rezeki pada hakikatnya datang dari Sumber Tertinggi. Keyakinan ini membebaskan kita dari kecemasan yang berlebihan dan keterikatan pada hasil. Kita melakukan yang terbaik dalam perencanaan dan eksekusi, tetapi hasilnya kita serahkan kepada- Nya. Iman ini memberikan ketenangan batin yang tidak ternilai, bahkan di tengah ketidakpastian pasar.

Keikhlasan dan Profesionalisme: Ikhlas berarti melakukan sesuatu dengan tulus, tanpa mengharapkan pujian atau pengakuan dari manusia. Ketika digabungkan dengan profesionalisme, ia menciptakan etos kerja yang luar biasa.

Seseorang bekerja bukan hanya untuk gaji, tetapi sebagai bentuk pengabdian. Kualitas pekerjaan meningkat, dan ini pada gilirannya akan mendatangkan hasil finansial yang lebih baik. Ini adalah semangat kerja yang didorong oleh nilai, bukan sekadar insentif.

Keselamatan (Bijaksana & Terhindar Riba): Pilar ini menekankan pentingnya kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan. Tidak terburu-buru, tidak terbawa emosi, dan selalu mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang. Menghindari  riba  dan  praktik-praktik  spekulatif  adalah  bagian  dari

kebijaksanaan ini, karena ia melindungi kita dari risiko sistemik yang tidak perlu dan jeratan utang yang merusak.

Manfaat & Keselarasan: Tujuan akhir dari semua aktivitas keuangan bukanlah sekadar akumulasi kekayaan, tetapi untuk menciptakan manfaat dan keselarasan. Manfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Keselarasan antara kehidupan finansial dan nilai-nilai spiritual. Ketika tujuan ini tercapai, kita tidak hanya mencapai kesuksesan finansial, tetapi juga kesejahteraan holistik yang sejati.

Bab 3: Implementasi dalam Kehidupan dan Bisnis

Kerangka kerja filosofis dan pilar-pilar praktis yang telah diuraikan akan menjadi landasan yang kuat jika dapat diimplementasikan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari dan operasional bisnis. Bab ini akan membahas bagaimana konsep-konsep luhur tersebut dapat diturunkan menjadi tindakan-tindakan konkret, baik pada level individu maupun korporasi, sebagaimana diinspirasikan oleh visi PT Jasa Konsultan Keuangan.

  • Perencanaan Keuangan Personal yang Holistik

Manajemen keuangan personal seringkali direduksi menjadi sekadar budgeting dan investasi. Namun, dengan pendekatan holistik, proses ini menjadi sebuah perjalanan penemuan diri dan penyelarasan nilai.

  1. Menemukan “Why” Finansial Anda: Sebelum membuat rencana keuangan, luangkan waktu untuk merenung. Apa tujuan hidup Anda yang paling dalam? Apa nilai-nilai yang paling penting bagi Anda? Bagaimana uang dapat menjadi alat untuk mencapai tujuan dan mengekspresikan nilai-nilai tersebut? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan menjadi kompas yang memandu semua keputusan finansial Anda.
  2. Anggaran Berbasis Kesadaran (Mindful Budgeting): Alih-alih melihat anggaran sebagai batasan yang mengekang, lihatlah sebagai alat untuk mengarahkan energi (uang) Anda secara sadar. Setiap kategori pengeluaran harus dievaluasi:

Apakah ini benar-benar menambah nilai dalam hidup saya? Apakah ini selaras dengan “why” finansial saya? Praktik ini, yang didukung oleh konsep mindful

spending, membantu membedakan antara kebutuhan otentik dan keinginan yang didorong oleh ego atau tekanan sosial. [5]

  1. Investasi Berbasis Nilai (Values-Based Investing): Saat memilih instrumen investasi, jangan hanya melihat potensi imbal hasil. Lakukan riset lebih dalam. Apakah perusahaan tempat Anda berinvestasi memiliki praktik bisnis yang etis? Apakah mereka berkontribusi positif terhadap masyarakat dan lingkungan? Pendekatan ini, yang dikenal sebagai Socially Responsible Investing (SRI) atau Environmental, Social, and Governance (ESG) investing, memastikan bahwa

uang Anda bekerja untuk membangun dunia yang Anda yakini, selaras dengan prinsip “Sumber Halal”.

  1. Manajemen Utang yang Membebaskan: Dalam paradigma holistik, utang dilihat sebagai energi yang mengikat. Prioritaskan untuk melunasi utang konsumtif yang berbunga tinggi. Jika harus berutang (misalnya untuk KPR), lakukan dengan akad yang jelas dan kemampuan bayar yang realistis. Tujuannya adalah mencapai kebebasan dari belenggu utang agar energi dan sumber daya Anda dapat dialokasikan untuk hal-hal yang lebih produktif dan
  2. Perencanaan Waris sebagai Warisan Nilai: Perencanaan waris bukan hanya tentang distribusi aset, tetapi tentang mewariskan nilai. Selain dokumen legal seperti wasiat, buatlah “surat wasiat etis” atau legacy letter. Di dalamnya,

ceritakan kisah hidup Anda, nilai-nilai yang Anda pegang, dan harapan Anda untuk generasi mendatang. Ini adalah cara untuk memastikan bahwa warisan Anda bukan hanya material, tetapi juga spiritual.

  • Mengelola Bisnis dengan Prinsip “Conscious Capitalism”

Bagi para pemimpin bisnis, mengadopsi paradigma ini berarti mentransformasi cara perusahaan beroperasi, dari mesin pencetak laba menjadi organisme hidup yang menciptakan nilai bagi semua.

  1. Merumuskan Higher Purpose: Apa alasan keberadaan perusahaan Anda di luar menghasilkan uang? Tujuan mulia ini akan menjadi bintang penuntun yang menginspirasi karyawan, memenangkan loyalitas pelanggan, dan memberikan

makna yang lebih dalam pada pekerjaan. PT Jasa Konsultan Keuangan, dengan slogan “Smart Way to Accounting Solution” yang dijiwai oleh nilai-nilai spiritual, adalah contoh dari upaya merumuskan tujuan ini.

  1. Integrasi Pemangku Kepentingan (Stakeholder Integration): Pindah dari model shareholder-centric ke stakeholder-centric. Keputusan bisnis harus mempertimbangkan dampaknya tidak hanya pada pemegang saham, tetapi juga pada karyawan (gaji dan lingkungan kerja yang adil), pelanggan (produk berkualitas dan  layanan  jujur),  pemasok  (kemitraan  yang  saling

menguntungkan), masyarakat (tanggung jawab sosial), dan lingkungan (keberlanjutan).

  1. Membangun Budaya Sadar (Conscious Culture): Budaya perusahaan harus mencerminkan higher purpose. Ini diwujudkan melalui nilai-nilai seperti kepercayaan, transparansi, akuntabilitas, dan kepedulian. Pemimpin harus berjalan sesuai ucapan (walk the talk) dan secara konsisten memperkuat nilai- nilai ini dalam setiap kebijakan dan
  2. Kepemimpinan yang Melayani (Servant Leadership): Pemimpin dalam bisnis yang sadar melihat peran mereka bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani: melayani tujuan perusahaan, melayani karyawan agar mereka dapat berkembang, dan melayani pelanggan agar kebutuhan mereka terpenuhi. Gaya kepemimpinan ini menciptakan lingkungan kerja yang positif dan penuh
  3. Laporan Keuangan sebagai Cermin Integritas: Laporan keuangan dan pembukuan yang rapi, transparan, dan akurat menjadi bukti nyata dari komitmen perusahaan terhadap Ini bukan lagi sekadar pemenuhan

kewajiban regulasi, tetapi sebuah pernyataan moral. Layanan yang ditawarkan oleh PT Jasa Konsultan Keuangan menjadi krusial dalam hal ini, membantu perusahaan lain untuk mewujudkan pilar “Tata Kelola Rapi” sebagai bagian dari praktik bisnis mereka yang sadar.

Dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip ini, baik dalam kehidupan personal maupun bisnis, paradigma keuangan holistik tidak lagi menjadi sebuah konsep abstrak. Ia menjadi sebuah jalan hidup—sebuah “Smart Way”—yang menuntun pada pencapaian kesuksesan, kekayaan, kesejahteraan, dan keselamatan yang berakar pada kesadaran dan keberkahan universal.

Referensi

Tersedia di: https://www.calm.com/blog/mindful-spending “”

Galeri Visual: Harmoni Keuangan dan Spiritualitas

Sebagai pelengkap dan untuk memberikan ilustrasi visual atas konsep-konsep yang telah dibahas, berikut adalah kumpulan gambar dan infografis yang relevan.

Logo PT Jasa Konsultan Keuangan 

Logo PT Jasa Konsultan Keuangan

Pilar-Pilar Keuangan Holistik

Pilar-Pilar Keuangan Holistik 
Alur Kesadaran Menuju Kemakmuran

Keharmonisan Universal dalam Keuangan 

Keharmonisan Universal dalam Keuangan

Infografis Prinsip Keuangan Islami 

Infografis Prinsip Keuangan Islami

Konsep Stewardship dalam Keuangan 

Konsep Stewardship dalam Keuangan

Roda Manajemen Kekayaan Holistik 

Roda Manajemen Kekayaan Holistik

Empat Pilar Conscious Business 

Empat Pilar Conscious Business

Bersama

PT. Jasa Konsultan Keuangan
PT. Jasa Laporan keuangan
PT. BlockMoney Blockchain Indonesia


“Selamat Datang di Masa Depan”
Smart Way to Accounting Solutions

Bidang Usaha / jasa:
ACCOUNTING Service
– Peningkatan Profit Bisnis (Increased Profit Business Service)
– Pemeriksaan Pengelolaan (Management Keuangan Dan Akuntansi, Due Diligent)
KONSULTAN pajak (TAX Consultant)
– Studi Kelayakan (Feasibility Study)
– Projek Proposal / Media Pembiayaan
– Pembuatan PERUSAHAAN Baru
– Jasa Digital MARKETING (DIMA)
– Jasa Digital EKOSISTEM (DEKO)
– Jasa Digital EKONOMI (DEMI)
– 10 Peta Uang BLOCKCHAIN

Hubungi: Widi Prihartanadi / Wendy Via Jonata :0813 8070 0057 / 0811 1085 705

Email: headoffice@jasakonsultankeuangan.co.id
cc:
jasakonsultankeuanganindonesia@gmail.com
jasakonsultankeuangan.co.id

WebSite :

https://jasakonsultankeuangan.co.id
https://jasakonsultankeuangan.com
https://mmpn.co.id
https://marineconstruction.co.id
https://g.page/jasa-konsultan-keuangan-jakarta?share

Sosial media:

https://www.instagram.com/p/B5RzPj4pVSi/?igshid=vsx6b77vc8wn
https://www.facebook.com/JasaKonsultanKeuanganIndonesia

https://linkedin.com/in/jasa-konsultan-keuangan-76b21310b
Digital EKOSISTEM (DEKO) Web KOMUNITAS (WebKom) PT JKK DIGITAL:
Platform komunitas corporate BLOCKCHAIN industri keuangan

#JasaKonsultanKeuangan #BlockMoney #jasalaporankeuangan #jasakonsultanpajak #jasamarketingdigital
#JejaringLayananKeuanganIndonesia #jkkinspirasi #jkkmotivasi #jkkdigital #jkkgroup

#sumberrayadatasolusi #satuankomandokesejahteraanprajuritindotama
#blockmoneyindonesia  #marinecontruction #mitramajuperkasanusantara #jualtanahdanbangunan
#jasakonsultankeuangandigital #sinergisistemdansolusi #Accountingservice #Tax #Audit #pajak #PPN

Pos Sebelumnya
Pos Berikutnya

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ruko Mutiara Bekasi Center, Blok A-5 Jl. A. Yani, Kayuringin Jaya – Kota Bekasi
Phone : 021-88963558
WA : 0811.804.1157 / 0811.8085.705
E-mail : jualmakanansehatbergizi@gmail.com

Makanan Sehat Bergizi © 2023